Senin, 11 April 2011

EMANSIPASI WANITA INDONESIA Suatu Renungan dan Refleksi Peringatan Hari Kartini


Disunting Oleh : Hj. Nurul Auliah
(Dosen FKIP Uniska MAA Banjarmasin)
Banjarmasin, 21 April 2011

“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang” sepotong kalimat yang diucapkan R.A Kartini semasa hidupnya ini mampu memberikan arti dan spirit tersendiri dalam perjuangan meraih persamaan dan kesetaraan dalam memperoleh kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja atau disebut juga emansipasi.

Tanggal 21 April setiap tahunnya diperingati sebagai hari Kartini putri sejati, putri Indonesia yang memperjuangkan hak kaum wanita Indonesia untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya dan emansipasi wanita.

R.A Kartini, Wanita kelahiran 21 April 1879 ini merupakan perintis perubahan bagi kaum wanita Indonesia. Ia lahir di kota Jepara dari keluarga bangsawan yang berpikiran maju dan sosoknya yang cekatan, lincah, pintar, suka belajar dan haus akan ilmu pengetahuan. Saat usia 7 tahun, ia bersekolah di Sekolah Kelas Dua Belanda. Selain belajar di sekolah, ia juga kerap memperoleh pelajaran Bahasa Jawa, memasak, menjahit, mengurus Rumah Tangga dan pelajaran agama Islam di rumahnya. Keluarganya sangat mengedepankan pendidikan. Sebagai seorang gadis kecil yang lincah ia hanya berpikir mengenai sekolah dan bermain.  Suatu hari seorang teman Belanda-nya bertanya mengenai cita-cita Kartini setelah tamat sekolah. Ia mulai memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut sampai akhirnya ia memikirkan untuk mengubah nasib kaum wanita di kemudian hari.

Usia 12 tahun, setelah tamat sekolah dasar, Kartini menjalani masa pingitan. Hidupnya berubah, ia kesepian dan tidak boleh melanjutkan pendidikan. Hidupnya ibarat burung dalam sangkar emas. Keluarganya yang memegang teguh adat lama, tidak menyetujui keinginan Kartini yang menghendaki perubahan. Kartini hanya bisa mencurahkan cita-cita perjuangannya dalam bentuk surat. Ia rajin menulis surat kepada teman-temannya di Belanda. Isinya mengandung cita-cita yang luhur, terutama untuk mengangkat derajat wanita Indonesia. Berkat kumpulan surat-surat ini yang diberinya judul Habis Gelap Terbitlah Terang, maka pada tahun 1903 didirikan Sekolah Kartini Pertama di Semarang, setahun kemudian (tahun 1904).di usia 25 tahun, R.A Kartini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Perjuangan R.A Kartini sampai mendirikan sekolah Kartini tidak serta merta didapatkan begitu saja, butuh proses dan perjalanan panjang dalam menapakinya. Ketidaksetujuan keluarga ditambah celaan sebagai penentang adat dan tradisi datang selama proses menuju perubahan. Namun R.A Kartini tidak berhenti, ia tetap dengan pendiriannya untuk melawan kebiasaan atau adat yang kuno dan kolot. Ia ingin agar wanita Indonesia memperoleh kesempatan pendidikan yang setara dengan pria, memiliki hak bukan hanya kewajiban dan juga bisa sejajar dengan wanita-wanita dari Negara lain.

Sering kita dengar pemahaman emansipasi wanita yang selalu digembar-gemborkan orang-orang Indonesia yang dipengaruhi pemikiran asing yang mengatas-namakan hak asasi manusia, bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria, padahal tidak semua hak wanita harus disamakan dengan pria, karena Allah.Swt telah menciptakan masing-masing jenis kelamin dengan latar belakang biologis kodrati yang tidak sama.

Persamaan kesempatan memperoleh pendidikan, persamaan hak untuk dilindungi oleh hukum, persamaan mendapatkan gaji yang setara dengan laki laki jika berada di kedudukan atau kemampuan yang sama, dan lain sebagainya adalah segelintir contoh dibolehkannya persamaan hak dengan kaum pria.

Makna emansipasi wanita yang benar, adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri. Sampai kini, mayoritas wanita Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan sektor informal belum menyadari makna dari emansipasi wanita itu sendiri, akibat normatif terbelenggu, persepsi etika, moral, dan hukum genderisme lingkungan sosio-budaya menjadi serba keliru. Belenggu budaya itulah yang harus didobrak gerakan perjuangan emansipasi wanita demi memperoleh hak asasi untuk memilih dan menentukan nasib sendiri.

Perjuangan R.A. kartini (1879 – 1904), R.Dewi Sartika (1884 – 1947), Cut Nyak Dhien (1848 – 1908), Cut Muetia (1870 -1910), Roehanna Koeddoes (1884 – 1972),  dalam medobrak keterbelengguan peribumi oleh penjajah merupakan pergerakan yang spektakuler bagi wanita Indonesia saat itu. Sebuah perang dengan cara moderat disamping kekuatan fisik oleh Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia, akan tetapi adu otak, adu harga diri. Tak berselang lama kebangkitan harga diri pribumi mulai naik hingga kita sebut sebagai jaman Kebangkitan Nasional, tidak hanya bangkit meruncingkan bambu, tapi juga meruncingkan pikiran, mengasah otak melalui kata-kata, baik di forum diskusi maupun di media cetak.

Di hari Kartini ini, mari kita meneropong kebelakang melihat kembali wanita-wanita yang berjaya pada awal-awal berdirinya Islam, mereka adalah Aisyah binti Abu Bakar(wafat 58 H/678M), Hafsah binti Umar (wafat 45 H/665M), Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H/676M), Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH/617M), Maimunah binti Harits (wafat 50 H/670 M), Ummu Salamah (wafat 57 H/676 M), Zainab binti Jahsy (wafat 20 H/640M), Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H/631M), Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/629 M), Zainab binti Muhammad (wafat 8 H/628M.) dan lain sebagainya. Merekalah yang telah memberikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita, istri, anak atau sahabat mereka ukir dengan begitu mulianya. Seperti telah disinggung di atas, dalam pandangan Islam wanita yang baik adalah wanita yang secara optimal menurut konsep Al-Qur’an dan As-Sunnah, ialah wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, hak dan kewajibannya:



 
Islam juga telah mengabadikan nama wanita yang dalam bahasa Arab An-nisa (النساء) ke dalam salah satu surat dalam Al-Qur’an, dan islam juga tidak melarang wanita untuk berperang atau berjihad di jalan Allah.Swt melawan orang-orang kafir, dalam hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat wanita terkemuka Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz ra berkata : “Kami pernah bersama nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minum para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah.”.

Sesungguhnya Maha Benar Allah yang dengan tegas berfirman dalam Al-Qur’an bahwa musuh-musuh Islam akan selalu berupaya dengan berbagai cara agar kita mengikuti millah (sistem hidup) mereka, hingga mereka ridha (QS Al-Baqarah: 120),


dan mereka akan selalu memerangi Islam dan segala yang berkaitan dengan Islam, kalau dapat memurtadkan kita dari Islam (Al-Baqarah 217 ). Sungguh Maha Benar Allah. 





Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini (kebanyakan telah menyimpang jauh dari Allah dan RasuINya), dan kehilangan jati dirinya sebagai muslimah, adalah hasil dari rekayasa mereka yang menghendaki ajaran Islam itu kabur, sulit difahami dan terkesan kolot (terbelakang) serta menghambat kemajuan.

Untuk mendukung semua itu merekapun merekayasa, para ‘cendekiawan muslim’ yang lemah iman untuk mendukung program mereka dan menimbulkan keragu-raguan ummat.

Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan digugat, aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang keladi ‘terbelakangnya’ para wanita Islam, musuh-musuh Allah yang lantang meneriakkan isu hak asasi manusia, kebebasan, modernisasi, dan persamaan gender,  hak warisan, masalah hijab dan jilbab, dan sebagainya sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah merendahkan harkat dan martabat wanita, sedang Mereka (pihak asing) lah yang mengangkat dan memuliakannya.

Mari kita bandingkan dunia Islam dan dunia lainnya, pada satu sisi mereka maju di bidang duniawi yang pernah dimiliki kejayaan islam, tapi kita lihat hubungan – hubungan sosial mereka (hubungan antara masyarakat, suami dan istri, orang tua dan anak dan lain sebagainya) Islam lebih gemilang dengan hal-hal itu.

Pada akhirnya kita sebagai wanita muslimah untuk selalu menyiapkan dan meningkatkan kualitas keislaman kita, agar kita tidak terpengaruh dengan slogan – slogan asing yang akan menghancurkan pilar-pilar Islam dan menyilaukan mata kita.

Semoga kita lebih mendalami makna emansipasi yang sebenarnya, Selamat hari Kartini semoga wanita Indonesia bisa lebih meningkatkan khazanah keislamannya dan menghasilkan karya-karya besar untuk kemajuan Indonesia dan Islam pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar